Makna "Kekuasaan" dalam Buah Kelapa

kelapa hijau wulung
Kelapa muda Hijau Wulung


Siapa yang tidak tahu buah kelapa? 


Pasti kita semua sudah tahu, Buah kelapa sangat digemari dan bermanfaat dalam kehidupan kita, bangsa Indonesia. Di bulan suci Ramadhan ini, rasanya hampir mamah-mamah muslimat, pasti pernah menggunakan kelapa. Ya untuk kolak, membuat kue, membuat kuah sayur, membuat serundeng (di Jawa), membuat rendang (di Padang), dll. Kalau orang Minang dijauhkan dari buah kelapa, ala maakk… menderito kito basamo (maaf kalau bahasa Minang-nya terlalu memaksakan diri).

Hikmah: Buah kelapa itu bisa diibaratkan sebagai kekuasaan (sulthan). Kekuasaan sangat besar artinya dalam kehidupan insan. Bila kekuasaan baik, lurus, dan amanah; maka sejahteralah kehidupan insan. Bila kekuasaan curang, zhalim, dan korup; maka menderitalah kehidupan insan. Sama halnya, ketika buah kelapa digunakan untuk masak-memasak secara layak, maka kenikmatan hasilnya, alhamdulillah. Tetapi ketika buah kelapa dibuang-buang, dibakar percuma, atau disiram zat-zat kimia berbahaya, maka hal itu seperti keadaan: menyia-nyiakan kekuasaan.

Perhatikan betapa kokohnya konstruksi buah kelapa! 

Buah ini termasuk buah dengan “sistem pertahanan” paling kuat. Bahkan buah durian saja, kalah sempurna dari sisi pertahanan dirinya. Buah kelapa tak akan bisa dibuka dengan pisau, dengan palu, bahkan sulit dibuka dengan gergaji. Alat yang lazim digunakan untuk membuka buah kelapa ialah golok, kapak, atau tonggak tajam yang ditancap di atas tanah. Alat standarnya golok, baik untuk menghilangkan bagian sabut maupun membuka batok kelapanya.

Hikmah: Kekuasaan itu bukan sesuatu yang mudah diraih. Ia tak akan bisa didapat dengan usaha ecek-ecek, dengan santai-santai, dengan angan-angan, hanya ceramah atau diskusi, atau sekedar membuat demo dimana-mana. Tidak akan semudah itu meraih kekuasaan. Siapapun yang berhajat pada kekuasaan ini, harus “menyediakan golok”, harus memiliki “tenaga kuat”, dan sekaligus “pengalaman membuka buah kelapa”. Urusan kekuasaan tidak bisa diatasi dengan sekali dua kali mengaji, seminggu dua minggu ikut training, lalu kekuasaan pun terhidang di tangan. Tidak demikian Saudaraku… Anda bisa melihat bagaimana proses Rasulullah Saw mencapai kekuasaan…


Buah kelapa memiliki lapisan-lapisan kulit yang tebal. 


Lapisan terluar adalah “kulit terluar” atau mungkin disebut epidermis. Kulit terluar ini keras, tebalnya sekitar 1-2 mm. Ia tidak bisa diiris dengan pisau, tetapi harus dihantam dengan golok. Setelah itu ada bagian kulit yang cukup tebal, yaitu sabut kelapa. Sabut ini juga cukup sulit membersihkannya, apalagi kalau kelapanya masih muda. Setelah sabut kelapa, ada batok kelapa, merupakan bagian paling keras dari buah kelapa. Batok kelapa saat ini banyak dimanfaatkan untuk membuat arang, sebagai ganti bahan bakar minyak tanah dan kayu bakar. Setelah batok kelapa, masih ada lagi lapisan kulit yang menyelimuti buah kelapa. Sangat tipis, dan warnanya coklat. Kalau masih muda coklat muda, kalau sudah tua coklat tua. Setelah semua lapisan itu, barulah diperoleh buah kelapa yang putih bersih, kenyal, dan siap dibuat…rendang.

Hikmah: Perhatikan, hikmahi semua ini dengan ketajaman akal dan nuranimu! Untuk sampai ke titik kekuasaan, kita harus menyingkirkan banyak penghalang. Penghalang-penghalang itu adalah segala kekuatan yang selama ini menjaga suatu sistem kekuasaan. Secara riil kekuasaan itu selalu dilindungi oleh kekuatan dengan segala bentuknya, apakah berupa jaringan, konstruksi politik, UU, alat negara, modal, dll. Bahkan kesadaran masyarakat juga termasuk penjaga dari suatu sistem politik yang berlaku. Tanpa menyingkirkan penjaga-penjaga kekuasaan itu…jelas singkirkan mimpi Anda untuk “membuat rendang”… Lihatlah betapa jenius Rasulullah Saw ketika menyingkirkan kaum Yahudi dari Madinah, dan melindungi Madinah dari serangan kaum musyrikin Makkah.


Makna Santan Kelapa



Ketika kita sudah mendapat buah kelapa, ternyata buah kelapa itu keras juga (maksudnya yang sudah tua). Kita harus memakai pisau dan parutan untuk mendapatkan santan kelapa. Di banyak tempat, proses pemarutan bahkan dilakukan dengan parutan mesin. Ya, intinya buah kelapa itu keras juga. Kalau buah kelapa masih muda, sangat lembek, akhirnya hanya bisa dimakan sebagai dissert (pencuci mulut).

Hikmah: Begitulah hakikat kekuasaan di tangan manusia. Kekuasaan bukan urusan yang lembek, lembut, atau lunak. Ia adalah urusan yang keras, kuat, tangguh. Dalam istilah Islam, ia dikenal dengan sebutan: SULTHAN (yang artinya awalnya kekuatan). Maka untuk memegang kekuasaan ini tidak dibutuhkan manusia yang terlalu banyak toleransi, terlalu banyak memberi maaf, terlalu sering ragu-ragu, terlalu banyak pertimbangan, atau terlalu penakut. Para pemegang kekuasaan haruslah manusia yang pemberani, berkarakter, tegas, jelas, dan tidak ragu-ragu. Pemimpin itu tidak harus sangat pintar, sangat banyak ibadah, tampan, atau kutu buku. Tidak harus seperti itu. Tetapi wajib baginya memiliki ketegasan, keberanian, dan karakter kuat. Terkait dengan masalah kehidupan di Indonesia, sampai ada yang mengatakan: “Indonesia ini membutuhkan seorang diktator yang shalih.” Sejujurnya, saya setuju itu! Jika kekuasaan berada di tangan orang berhati lemah, terlalu toleran, banyak bersolek, dan ragu-ragu, maka hasilnya adalah: kita akan makan “es kelapa muda” terus-menerus, baik saat pagi, siang, atau malam

Buah Kelapa Mengandung Air

Ia dikenal sebagai “air kelapa”. Dalam sejarah manusia yang membuka buah kelapa, pasti dan pasti akan menumpahkan airnya. Tidak mungkin kita mendapatkan buah kelapa, tanpa menumpahkan airnya. Ada yang berkata: “Tapi kan air kelapa itu bisa disimpan di teko, di wadah, atau gelas besar.” Ya tetap saja, air kelapa itu akan keluar dari tempatnya, baik berceceran atau bisa dituang rapi ke gelas. Soal kemudian air itu mau disimpan dimana, tidak masalah. Yang jelas, air itu tetap keluar dari tempatnya.

Hikmah: Urusan kekuasaan adalah urusan besar. Ia bukan urusan kecil, remeh, atau ecek-ecek. Ia benar-benar besar, dan memiliki dampak kehidupan secara luas. Untuk meraih kekuasan, untuk mengganti sistem kekuasaan, untuk memperbaiki kondisi kekuasaan; semua itu mengharuskan kita membayar resikonya. Siapapun yang ingin mengubah kekuasaan, dengan berharap tidak “jatuh korban”, adalah sangat mustahil. Hampir seluruh sejarah peristiwa peralihan sistem kekuasaan, disana selalu memakan korban. Memang peralihan kekuasaan yang mulus, bisa memininalisir korban; seperti menampung air kelapa di gelas. Tetapi peralihan kekuasaan yang kasar, seperti muncratnya air kelapa kemana-mana. Ada yang mengatakan, “Revolusi akan memakan anaknya sendiri.” Ya, kalau revolusinya liar bisa seperti itu. Kalau terkendali, bisa diminimalisir jatuhnya korban.

Bumbu Paling Enak

Setiap orang kalau ditawari makan buah kelapa, atau makan masakan-masakan yang dimasak dengan buah kelapa, rata-rata akan suka dan sangat senang. Saya hampir tak pernah mendengar ada orang alergi buah kelapa. Tetapi kalau kita katakan kepada mereka: “Siapa mau membantu saya membuka buah kelapa ini?” Rata-rata mereka akan geleng-geleng kepala. Mereka tak mau, malas, atau tak ingin mendapat resiko.

Hikmah: Begitulah karakter umumnya manusia. Sebagian besar manusia enggan untuk diajak membangun kekuasaan, memperbaiki kekuasaan, atau mengganti sistem kekuasaan. Sebagian besar akan “angkat tangan”. Tetapi bilamana kekuasaan itu sudah di tangan, sudah “terhidang di meja”, sudah “tinggal disantap”, mereka akan berebut mendapatkannya. Kalau perlu mereka akan berkilah: “Saya paling berhak. Saya tokoh Reformasi. Saya paling berjasa. Saya dulu yang menggulingkan Soeharto. Saya sosok yang adil, bijaksana, tidak haus kekuasaan, mengabdi 200 % untuk rakyat, tidak korupsi, tidak terlibat selingkuh, tidak cacat hukum,…dan lagi pula saya cakep.” Begitulah, manusia berebut ingin menikmati kekuasaan, tetapi tidak mau berjuang memperbaiki kekuasaan.


Related Link:

Unik, Buah kelapa berwarna Pink Ungu

Kelapa wulung untuk obat Empedu

Kelapa Sabut merah untuk ibu hamil


by

0 komentar:

Posting Komentar

Sedia bibit : bibit kelapa kopyor bibit kelapa hibrida bibit kelapa wulung bibit kelapa pandan wangi bibit kelapa genjah entok bibit kelapa gading